Penyegar Rohani ADAKAH KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ?
Editor: memet Update: 15-11-2010
Ada pertanyaan-pertanyaan mendasar bagi kita maklhuk yang namanya manusia yang masih mengirup udara di dunia ini, yaitu bagaimana dengan nasib manusia sesudah mati? Apakah dengan kematian tamatlah riwayat hidup setiap manusia? Ataukah dengan kematian hanya sekedar tapal batas untuk memasuki kehidupan yang lain. Dan kalau ada kehidupan yang lain, seperti apakah kehidupan yang lain itu?
Dalam banyak tradisi suku-suku di negeri kita ini banyak yang percaya bahwa ada kehidupan lain sesudah kematian, bahkan orang percaya ada semacam kesinambungan antara kehidupan di bumi ini dan kehidupan ”di seberang sana”.
Dalam tradisi suku jawa ada satu kepercayaan bahwa sesudah orang meninggal, arwahnya tidak langsung pergi begitu saja. Ada tahapan kepergian arwah itu untuk menuju ke dalam kehidupan yang lain. Dipercayai bahwa selama 3 hari arwahnya masih ada di dalam rumah, sampai 7 hari arwahnya ada di sekitar pekarangan, selama 40 hari masih ada di dalam kampungnya. Setelah lepas 100 hari arwahnya sudah pergi menjauh, dan setelah 1.000 hari arwahnya sudah dianggap menyatu dengan ’Gusti Kang Akaryo Jagat’ (Tuhan yang membuat alam ini). Oleh karena itu dalam setiap tahapan tersebut orang jawa memberikan penghormatan dengan mengadakan selamatan yang secara khsus ditujukan kepada arwah yang telah meninggal dunia. Dalam tradisi budaya Tionghoa Budha, sesudah seseorang meninggal, sering untuk yang meninggal itu dibuatkan rumah-rumahan, mobil-mobilan, boneka-bonekaan yang melambangkan berbagai sarana/perabot, yang kemudian dibakar atau dilepas ke laut bersama abu kremasi dari yang telah meninggal. Berbagai sarana tadi dibayangkan akan menjadi perabot bagi yang meninggal, supaya dapat digunakannya di dunia yang lain itu. Dan saya yakin masih banyak tradisi yang sejenis di berbagai tempat lain di negeri ini, yang kesemuanya menandakan adanya kepercayaan bahwa masih ada kehidupan lain setelah kematian ini.
Pada jaman Tuhan Yesus hidup di dunia, orang sejamanNya juga mempercayai kehidupan di alam baka. Tetapi ada sekelompok orang, yaitu kaum Saduki yang tidak percaya. Mereka berkeyakinan bahwa masalah kebangkitan orang mati adalah masalah impian atau dongeng indah saja. Untuk mentertawakan masalah itu ditampilkan kasus wanita yang nikah sampai tujuh kali dan kemudian sesudah kesemuanya mati ditanyakan wanita itu milik siapa? (lih. Luk 20:27-38), Tuhan Yesus menanggapi argumen mereka secara jujur dan tulus. Yesus tegaskan bahwa kehidupan setelah kematian itu ada, sebab itu menyangkut perjanjian Allah sendiri. Allah orang-orang yang hidup!! Tentang kehidupan diseberang itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa ”manusia akan menjadi putera-puteri kebangkitan, putera-puteri Allah, seperti malaikat”. Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa perkawinan adalah suatu yang baik bagi masa kini, namun masa sesudah kematian orang tidak ada lagi kawin dan dikawinkan. Allah yang diwartakan oleh Abraham, Ishak dan Yakub adalah Allah yang hidup, bukan Allah orang mati, padaNya ada kehidupan abadi.
Dengan demikian kiranya jelas bahwa ada kehidupan sesudah kematian. Tetapi bagaimana bentuk kehidupan yang baru di seberang sana itu? Tuhan Yesus sering melukiskan kehidupan baru tersebut dengan berbagai perumpamaan-perumpamaan. Salah satu misalnya bahwa kehidupan di dunia lain itu diumpamakan oleh Tuhan Yesus sebagai sebuah perjamuan, perjamuan nikah yang meriah (Mat 25:1-13). Orang-orang yang siap siaga akan masuk dan mengalami perayaan nikah itu dan orang-orang yang tidak siap akan ditolak. Kisah mengenai 5 gadis yang bijaksana dan 5 gadis yang bodoh tersebut menandakan bahwa kehidupan di dunia yang lain itu akan merupakan sebuah pesta, merupakan peristiwa perjumpaan dengan sang mempelai atau sebaliknya bagi yang tidak siap merupakan suatu petaka.
Seorang mistikus Anton de Mello melukiskan kehidupan di dunia yang lain sebagai perjumpaan dan kembalinya boneka garam ke asalnya yaitu sang laut.
Sebuah boneka garam berjalan beribu-ribu kilometer
Menjelajahi daratan,
Sampai akhirnya ia tiba di tepi laut.
Ia amat terpesona oleh pemandangan baru,
Massa yang bergerak-gerak,
Berbeda dengan segala sesuatu
Yang pernah ia lihat sebelumnya.
’Siapakah kau? Tanya boneka garam kepada laut.
Sambil tersenyum laut menjawab:
’masuk dan lihatlah !!’
Maka boneka garam itu menceburkan diri ke laut.
Semakin jauh masuk ke dalam laut,
Sampai hanya tinggal segumpal kecil saja.
Sebelum gumpalan terakhir larut,
Boneka itu berteriak-teriak bahagia :
’sekarang aku tahu, siapakah aku dan siapakah engkau !!’
Boneka garam itu akhirnya kembali ke asalnya, bersatu dengan sang laut, larut dalam kebahagiaan tanpa batas.......
Selama kita mengembara di bumi ini, sering kita kurang menyadari asal kita dan tujuan hidup ini. Mungkin kita terosebsi dengan hal-hal lain yang kita anggap lebih mendesak dan lebih penting pada saat ini. Kita sering terosebsi oleh pelbagai jaminan, baik jaminan ekonomi seperti harta, rumah, mobil.... atau jaminan politik seperti jabatan, posisi, kekuasaan...dsbnya.
Tetapi manakala kita menghadapi saat-saat akhir hidup ini, pada saat itu kita akan menyadari sungguh muara hidup kita, tujuan hidup kita, sedang.... yang lain-lain menjadi tidak penting. Pada saat itu kita akan sungguh menyadari asal dan tujuan hidup ini. Bahwa kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya.
Kalau hidup kita baik dan boleh kembali kepada asal kita dan bersatu dengan Tuhan serta melarut dalam kasihNya, saat itulah kita mengalami SURGA !!!
Dan kalau hidup kita jelek dan kotor, kita sendiri akan merasa dan menderita, bahwa kita tak pernah akan sampai tujuan, semua yang kita kumpulkan dan kita bangun akan terasa sia-sia. Dan itulah NERAKA !!
Kehidupan sesudah kematian, surga atau neraka, bukan soal tempat atau waktu, tetapi soal sampai atau tidak. Soal kembali kepada asal dan melarut bahagia bersamaNya atau soal hilangnya segala impian dan harapan untuk kembali kepada sang Kasih Abadi. Soal bisa kembali ke rumah Bapa atau tetap mengembara sebagai makhluk terkutuk.
Surga itu adalah Rumah Bapa, tempat istirahat sesudah lama dan jauh mengembara.
Neraka itu adalah jalan yang tak berujung, suatu perjalanan menuju ke ”negeri yang hilang”, the lost paradise. (m'met)