Bimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur

Selamat Natal 2017 dan Selamat Tahun Baru 2018
Pro Patria et Ecclesia
 
 Statistik Kunjungan
 


 Sejak: 18 September 2010

 
Web Links
 


 
Temukan kami di facebook

 
Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto  PPR : Paradigma Pedagogi Reflektif
Editor: mrABC212 Update: 10-02-2012

WORK SHOP

PPR ( PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF )

bagi

GURU & KARYAWAN DI YAYASAN YOHANES GABRIEL PW 2 - SURABAYA

          

            Pada tanggal 21 – 22 Januari 2012, bertempat di wisma Dharmaningsih – Claket, sebanyak 120 guru dan karyawan dari jenjang SMP – SMA Katolik se Yayasan Yohanes Gabriel perwakilan 2 – Surabaya mengadakan work shop tentang PPR. Dengan pemateri dari team Komunitas Studi dan Pengembangan PPR Sanata Dharma: Bpk. Chris Subagya  dan Bpk. FX. Pargiono, S.Pd. Kegiatan work shop berlangsung meriah dan hangat, di tengah cuaca yang dingin dan berkabut. 

            Tapi, ngomong-ngomong….PPR itu apa ya….?

Kalau saat ini kita mengenal adanya Kurikulum Berbasis Karakter, nah.. ini ada yang lebih mendalam lagi….!

Berdasarkan nota Pastoral Pendidikan KWI 2008, hal 16: “Pendekatan yang cocok antara lain Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR): Pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga nilai – nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksinya”

”Paradigma” adalah pola pikir yang melekat atau dihidupi oleh para pendidik (semua pihak yang terlibat dalam pendidikan), terutama yang akan menjadi fasilitator. Paradigma sangat menentukan POLA BERPIKIR dan POLA BERTINDAK karena sudah menjadi semacam “patrun” atau “keyakinan”. Paradigma ini biasanya menjadi bagian yang sangat sulit untuk diubah, kecuali jika yang bersangkutan bersedia.

“Pedagogi” adalah cara para guru atau fasilitator mendampingi para siswa selama bertumbuh dan berproses, termasuk di dalamnya pandangan hidup serta visi mengenai pendidikan (menjadi agen perubahan sosial). Pedagogy, the art and science of teaching, cannot simply be reduced to methodology. It must include a world view and a vision of the ideal human person to be educated. Seni dan ilmu mengajar, yang tidak dapat begitu saja direduksi menjadi suatu metodologi. Pedagogi memuat suatu pandangan dan visi pribadi ideal yang terdidik.  

”Refleksi” adalah metode internalisasi nilai atau keutamaan yang diyakini paling efektif untuk membangun kepribadian dan pembentukan karakter, dan sudah digunakan selama berabad-abad dalam berbagai kegiatan retret dan formasi di kalangan gereja. The memory, the understanding, the imagination and the feelings are used to capture the meaning and the essential value of what is being studied, to discover its relationship with other aspects of knowledge and human activity, and to appreciate its implications in the on­going search for truth and freedom. Proses kegiatan untuk mencermati/menangkap makna dan nilai-nilai esensial dari apa yang dipelajari/dialami (proses pembatinan), untuk dapat menemukan kaitan antara apa yang dipelajari (aspek pengetahuan) dengan nilai-nilai kemanusiaan yang pada akhirnya (implikasinya) adalah menghargai proses pencarian terus menerus untuk memperjuangkan kebenaran dan kebebasan

            Latar belakang munculnya PPR adalah:

Pembaharuan agar pendidikan menengah Yesuit mampu menyumbangkan pada pengutusan kreatif dan yang menyembuhkan dari gereja, sekarang dan di masa mendatang. Untuk itu dibutuhkan Paradigma Pedagogi Ignasian yang bisa membantu para guru dan siswa untuk memusatkan perhatian pada tugas mereka yang secara akademis sehat dan membentuk pribadi menjadi manusia untuk sesama.

            4 Pilar hasil penerapan PPR adalah:

1.  Kesadaran Diri

Pahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai dan pandangan hidupnya

2.  Kecerdikan dan Fleksibilitas

Berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk mensiasati perubahan

3.  Cinta Kasih

Membangun relasi dengan sikap positif, penuh cinta kasih

4.  Heroisme (magis)

Menyemangati diri sendiri dan orang lain

            Kunci Sukses Penerapan PPR di Sekolah:

1.    PERUBAHAN HATI, KETERBUKAAN BUDI DAN SEMANGAT UNTUK MEMBUAT TEROBOSAN BARU DEMI KEBAIKAN PELAJAR

2.    TELADAN PRIBADI GURU SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN PENGHAYATAN NILAI-NILAI BAGI PARA SISWA

3.    MENJADI GURU YANG CAKAP DAN SANGGUP MEMBIMBING MURID

4.    GURU memiliki hubungan dekat (HATI – BATIN) dengan siswa, sehingga tahu situasi dan kebutuhan siswa.

5.    GURU memiliki SIKAP dan MENGHAYATI semangat Yohanes Pembaptis: Ia harus semakin besar dan aku semakin kecil. Siap  membesarkan siswa, merasa tenang dan  senang bahwa siswanya dapat berkembang bahkan bisa jadi akan melebihi gurunya.

      Kelebihan PPR adalah:

v Dalam praktik, PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang diajarkan, maka tidak diperlukan sarana atau prasarana khusus, di luar yang dibutuhkan oleh bidang studi yang bersangkutan.

v PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.

v Untuk menumbuhkembangkan sorang siswa menjadi pribadi yang dewasa dan manusiawi dibutuhkan waktu lama. Namun melalui PPR tanda-tanda kalau mereka mulai berkembang ke arah yang diharapkan cepat kelihatan.

v Kalau sekolah sepakat dan semua guru menerapkan PPR, dalam waktu satu tahun sudah terlihat jelas betapa siswa akrab satu sama lain, mau solider dan saling membantu dalam belajar, mau saling menghargai.

      Peran Guru dalam PPR adalah:

v Menciptakan kondisi untuk belajar melalui pengalaman

v Menyediakan sarana & instruksi dalam belajar & refleksi

v Membimbing para murid untuk mengaplikasikan, bertindak & meneliti lebih lanjut

ü Menawarkan bahan untuk refleksi, menumbuhkan ketekunan murid.

ü Menginspirasikan murid untuk bekerja, mendorong pencapaian hasil.

ü Mengarahkan kemajuan dan semangat murid, mengontrol arahnya.

ü Menilai hasil kerja murid, kritis terhadap apa yang dikerjakan murid.

ü Meneguhkan kemajuan murid,

ü Mengevaluasi hasil kerja murid.

 

       Kebetulan, penulis pernah mendalami ajaran tentang Ignasian, yang penulis buat dalam skripsi dengan judul “Paham Doa Menurut St. Ignatius Loyola, serta aplikasinya dalam katekese”. Menurut penulis, banyak ajaran dari St. Ignatius Loyola yang dapat dijadikan teladan dalam hidup / dunia pendidikan. Salah satunya adalah PPR ini.

      

       Demikian sharing pengalaman yang kami terima, semoga berguna bagi kemajuan dunia pendidikan di sekolah Katolik (secara khusus).

 

                                                                  Salam Kasih

                                                                      

                                                                       Ag. Ari Budi Cahyanto, S.Ag

                                                                         ( SMPK ST. STANISLAUS )    

 

 

  
  
Kabar Daerah
 
Cari Berita

Agenda Kegiatan

-----------------------------

Pertemuan Pembinaan Guru Agama Katolik Sekolah Dasar
28-4-2017

Tulisan Populer

Work Shop Penyusunan Silabus dan RPP Berkarakter PAK SD 
Read: 70.126

Cinta yang Berkobar untuk Misi? (Suatu Refleksi Filosofis berdasarkan Pemikiran John D Caputo tentang Cinta) 
Read: 57.588

MATERI MINGGU GEMBIRA MASA BIASA 
Read: 52.840

ADAKAH KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ? 
Read: 49.397

Makna Ibadah dalam perspektif agama katolik 
Read: 47.234

Arsip



Copyright (C) 2010-2018  
  Email: [email protected]
Jl. Raya Juanda 26 Sidoarjo

Tampilan terbaik gunakan mozilla firefox terbaru