Malang - Pada hari minggu tanggal 31 Oktober 2010 bertempat di aula Gereja Katolik Maria Diangkat Ke Surga Jln. Lely Kota Malang diselenggarakan Seminar sehari dengan Judul "DINAMIKA GEREJA KATOLIK MENEMUKAN STRATEGI MISI DI TENGAH MASYARAKAT INDONESIA MODERN". Seminar ini digagas oleh Panitia Tahun Refleksi Dewan pastoral Paroki MDKS (Maria Diangkat Ke Surga) Malang bekerjasama dengan Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Seminar ini diadakan dalam rangka menyambut Tahun Refleksi yang telah dicanangkan oleh Keuskupan Malang pada Tahun 2010 ini, salah satu keprihatinan yang coba diangkat dalam seminar ini adalah bagaimana Gereja Katolik tidak hanyut dalam arus perkembangan modernisitas jaman ini, tetapi justru Gereja Katolik harus menemukan strategi pengembangan misi/perutusan di dalam arus tersebut.
Seminar sehari ini dihadiri oleh sekitar 75 orang para tokoh umat Paroki MKDS Malang, yaitu mereka yang memiliki kepedulian dengan kehidupan Gereja. Acara ini diawali dengan laporan pelaksanaan seminar oleh Ketua Tahun Refleski Paroki MDKS Bapak Jhoni Hartawan, yang menyambut secara positif acara seminar ini yang bekerjasama dengan Bimas Katolik jawa Timur. Secara resmi seminar ini dibuka oleh Bapak Drs. Robertus Angkowo, MM selaku Pembimbing Masyarakat katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Dalam kata sambutannya secara singkat Bpk. Angkowo menegaskan beberapa hal mengenai keprihatinan kehidupan berbangsa di kalangan umat Katolik antara lain; Terkikisnya nilai-nilai iman kristiani karena sebagai akibat arus informasi tehnologi yang semakin modern, contohnya banyak umat Katolik (anak-anak kita) yang menunda bahkan tidak pergi ke Gereja karena terkalahkan oleh acara-acara Televisi yang lebih menarik, merebaknya paham individualitas yang berakibat pada berkurangnya tenaga-tenaga potensial dalam Gerejaformalitas hidup beragama, sikap lebih mementingkan barang-barang duniawi (hedonisme) yang berorientasi kini dan disini-artinya nilai-nilai duniawi lebih dikedepankan dari pada nilai-nilai yang berorientasi surgawi, kurangnya faktor keteladanan dari para tokoh-tokoh Gereja sehingga umat (terutama anak-anak dan orang muda) malas ke Gereja dan mencari figur/teladan lain di luar hidup Gereja, menipisnya hati nurani dan pelayanan Gereja yang hanya di seputar Ibadat saja. Lebih lanjut beliau menyampaikan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh umat Katolik dalam situasi seperti ini. Menyikapi keprihatinan tersebut di atas saya sekedar ingin mengingatkan kepada kita semua akan pemikiran Mgr. Soegijapranata SJ, di awal kemerdekaan, bahwa seorang umat Katolik Indonesia seyogianya “100 persen Katolik, 100 persen Indonesia”. Maka, hal itu hanya bisa diwujudkan ketika kekatolikan dimaknai sama dengan keindonesiaan. Artinya, menjadi katolik yang tidak bisa lepas dari kompleksitas masalah sosial ekonomi, politik, dan sosial budaya di Indonesia.
Seminar sehari untuk menemukan strategi misi Gereja Katolik ini dibagi menjadi 2 sesion, sesi pertama diisi oleh Romo Alf. Krismiyanto, SS, M.Hum, Pr Pastor Paroki MDKS Malang yang membawakan tema : Apakah Gereja anda hidup ? Dalam ulasannya beliau memaparkan tentang ciri-ciri Gereja yang hidup. Acara semakin menarik dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator Ibu Emerita Toritohan, M.Th Dosen STP-IPI Malang.
Pada sesi kedua yang mengetengahkan tema :bagaimana peran serta Umat Katolik dalam hidup menggereja dan bermasyarakat yang dibawakan oleh Bpk. Drs. Robertus Angkowo, MM. Secara gambang dan lugas beliau menawarkan beberapa opsi bagaimana seharusnya umat Katolik ikut berperan aktif dalam pembangunan Bangsa dan Masyarakat di dunia modern ini. Materi yang semakin menarik dengan disuguhkan beberapa contoh aplikatif berdasarkan pengalaman hidup beliau selama ini yang berhasil bekerja di tengah-tengah kaum mayoritas, tetapi tetap memiliki eksistensi sebagai orang Katolik yang diperhitungkan. (m'met)