Kediri Workshop Guru Agama Katolik se Wilker Kediri
Editor: memet Update: 28-09-2010
Pada tanggal 22-23 September 2010 diselenggarakan Workshop Guru Pendidikan Agama Katolik se Wilayah Kerja Kediri yang meliputi Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kab. Trenggalek dan Nganjuk. Hadir dalam kegiatan ini 66 orang Guru PAK SD.
Dalam kata sambutannya Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Prov. Jatim mengatakan bahwa sebagai Guru Agama Katolik pada jaman sekarang ini, tidaklah mudah sebagaimana yang diharapkan atau dimpikan oleh banyak ahli pendidikan. Banyak permasalahan yang muncul akhir-akhir ini berkaitan dengan proses pembelajaran, baik intern guru atau lembaga pendidikan itu sendiri maupun ekstern dalam arti dari luar institusi sekolah, contohnya adalah; globalisasi, kemajuan tehnologi dan sebagainya. Kita tidak dapat menutup mata terhadap segala perkembangan yang ada, bahkan boleh jadi semuanya kita anggap sebagai tantangan yang hendaknya mau tidak mau harus kita hadapi, bukan dihindari.
Kenyataan banyak membuktikan bahwa diantara para guru masih banyak yang gaptek (gagap tehnologi) artinya kurang mengerti akan kemajuan dunia tehnologi komunikasi, justru banyak dari kalangan siswa-siswi kita lebih maju selangkah dari gurunya sendiri. Apa jadinya bila ini sunguh terjadi? Marilah kita tanya pada diri kita masing-masing sebagai guru, yang konon artinya digugu dan ditiru, tapi apa jadinya bila justru pada kenyataanya malah sebaliknya yang terjadi. Apakah dunia ini akan terbalik bila anda sebagai guru justru “digurui” oleh anak didik anda.
Kenyataan ini mungkin akan terus terjadi bila kita tidak mau merubah pola pikir atau image kita, maka mau tidak mau sebagai guru kita harus profesional dalam bidang kependidikan. Apa dan bagaimana itu profesionalisme sebagai guru agama katolik. Hal yang pasti adalah :
1. Tidak gagap tehnologi
2. Selangkah lebih maju dari siswa
3. Menguasai materi pembelajaran
4. Memiliki metode atau tehnik pembelajaran yang menarik
5. Sejahtera, dalam arti bila guru sejahtera tidak akan cari ‘obyekan’ lain dan fokus pada tugas pokoknya sebagai pendidik.
Pada kesempatan ini pula beliau mengajak kepada semua peserta workshop agar dalam melaksanakan tugas dan fungsi untuk melayani anak didik di sekolah selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama, akhlak mulia dan menampilkan budaya kerja yang profesional. Sebab pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah tidak hanya menyangkut pembaruan organisasi, tata kerja dan administrasi yang harus memenuhi prinsip-prinsip Good Governance, tetapi harus menyentuh pembaruan sikap mental dan budaya kerja yang lebih baik.
Sebagai Guru Agama harus selalu ingat bahwa selain memajukan di bidang intelektual anak didik, juga diperlukan kemajuan di bidang akhlak atau moral. Apalagi agama selalu mengajarkan kepada kita untuk terus berbuat kebajikan dan meninggalkan perbuatan tercela. Jika suatu bangsa memiliki keunggulan akhlak yang baik, maka niscaya Tuhan akan membukakan berkah, baik dari langit maupun dari bumi.