Alkisah ada seorang penganut agama Hindu yang saleh turut hadir dalam suatu seminar lintas agama, dimana dibicarakan tentang kemungkinan-kemungkinan kerja sama untuk membentuk wadah atau forum kerukunan antar umat beragama. Para tokoh dari berbagai agama tersebut diminta untuk berbicara, memberikan pandangannya tentang sebuah forum kerukunan dari sudut pandangan agamanya masing-masing. Setiap tokoh-tokoh Kristen berbicara, penganut agama Hindu yang saleh itu kelihatan sepeti acuh-tak acuh atau keluar meninggalkan ruangan seminar. Karena seringnya ia melakukan perbuatan yang sama, akhirnya seorang peserta seminar yang beragama Katolik bertanya : “Apakah bapak tidak menyukai pandangan dan ajaran-ajaran Kristiani ?” Penganut agama Hindu yang saleh itu menjawab: “Sama sekali tidak, saya sangat mengagumi ajaran-ajaran dan pandangan Kristiani. Yang tidak saya sukai ialah bahwa para penganutnya tidak melaksanakannya!”.
Tawaran Keselamatan Allah
Dalam Injil Lukas 13;22-30 secara ringkas Yesus menegaskan bahwa; “Jangan mengira bahwa mereka yang telah makan dan minum bersama Tuhan dan telah mendengar pengajaranKu, akan dengan sendirinya bisa masuk ke dalam rumah BapaKu. Sebaliknya, mereka akan mendengarkan ucapan ini; Aku tidak tahu kamu dari mana, enyahlah dari hadapanKu kamu sekalian yang melakukan kejahatan”. Dalam perikop Injil ini Tuhan justru memperingatkan para pengikutNya bahwa gelar atau predikat yang kita miliki bukan merupakan jaminan apa-apa, sebab keselamatan Allah menuntut kerja keras (askese). Pintunya sangat sempit dan orang harus berusaha untuk memperebutkan tawaran kasih Allah itu. Hanya orang yang sungguh berminat dan berusaha mendapatkan tawaran kasih itu akan berjuang mengatasi pintu sempit dan banyaknya peminat. Orang yang sunguh berminat tidak akan patah semangat, melainkan mengerahkan segala usaha untuk mendapatkan apa yang diperjuangkan itu. Lalu usaha macam apakah yang harus ditempuh? “makan dan minum bersama Yesus” saja belum mencukupi, Kerajaan Allah harus diperjuangkan dan diperebutkan sampai tuntas dengan kreativitas yang tinggi dan usaha yang gigih.
Bagi setiap orang ada saat penyelamatannya. Saat itu penting untuk diperhatikan sehingga orang tidak datang terlambat. Barang siapa tidak ambil sikap sebelum terlambat, ia akan menemukan pintu tertutup. Dan tanggapan keras dan tegas akan didengar; Aku tidak mengenal engkau! Disini ditunut adanya keseriusan usaha karena yang diperjuangkan sungguh-sunguh bernilai yang akan menentukan kehidupan dan kematian seseorang.
Pengalaman pahit Yesus menyadarkan orang bahwa tawaran kasih Allah bisa ditolak oleh mereka yang sepantasnya menerima, yakni bangsa terpilih. Sedang bangsa lain lebih terbuka dan berminat menerimanya.Sejarah gemilang maupun status sosial terpandang ternyata tidak memadai lagi. Hanya orang yaang mengambil sikap tegas dan sungguh-sunguh akan mendapatkan berkat Allah yang diajnjikan kepada mereka yang dikasihiNya. Yesus memperingatkan bangsa terpilih bahwa yang terakhir bisa menjadi yang pertama, dan yang pertama bisa jadi yang terakhir. Ungkapan “yang terakhir” ingin membuka mata kita bahwa bangsa terpilih tidak dibuang untuk selamanya, melainkan ditawari sama dengan yang lain. Kemungkinan tetap terbuka bagi semua, yang penting adalah sikap dan usaha orang untuk menanggapi tawaran kasih Allah dengan segera.
Implementasi nilai ajaran iman Katolik
Bagi kita umat Katolik jaman sekarang, kiranya diperingatkan oleh Yesus bahwa memiliki status nama sebagai orang katolik yang telah dibaptis saja tidaklah cukup. Memang tidak gampang untuk masuk dalam rumah bapa, hanya mereka yang mendengar dan bertindak, yang berjaga-jaga dan mengamalkan keadilan dan kebenaran. Rumah Bapa hanya sungguh-sungguh untuk orang yang terbaik. Mereka yang berlagak dan menepuk dada hanya karena nama saja akan ditendang keluardan dienyahkan dari hadapan Bapa.
Kita patut ingat bahwa sebagai orang Katolik bisa saja didahului oleh orang-orang lain yang berkehendak baik dan yang tulus mencari kebenaran dan mengamalkan keadilan. Hendaknya kita jangan lupa, bangsa Israel yang memiliki sejarah cukup gemilang dan mereka berasal dari keturunan penuh berkat ternyata semua itu belum cukup, mereka sudah didahului oleh bangsa-bangsa lain. Bisa saja terjadi yang terakhir akan menjadi yang pertama dan yang pertama akan menjadi yang terakhir.
Menjadi orang Katolik memang tidak cukup hanya mendengar dan mengetahui ajaran-ajarannya saja, tetapi juga harus melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Kesejatian hidup orang Katolik nampak dalam implementasi atau perwujudan nilai-nilai ajaran iman yang telah kita miliki sejak kita dimateraikan dalam baptisan suci sebagai murid Kristus.
Menjadi orang Katolik yang sejati memang tidak gampang. Bila tidak ingin disalib oleh orang lain dalam memperebutkan tawaran keselamatan Allah dan jika tidak ingin dienyahkan dari hadapan Bapa, marilah mulai sekarang kita berlomba-lomba mengamalkan nilai-nilai iman dan kasih yang telah kita miliki dari Tuhan kita Yesus Kristus. Semoga. Amin
(Sebagian isi artikel diinspirasi dari buku homili tahun C karangan Rm. Yosef lalu, Pr)