Penyegar Rohani Adakah hubungan antara dosa dan bencana???
Editor: memet Update: 28-09-2010
Adakah hubungan antara dosa dan bencana???
Hampir tiap hari kita melihat, mendengar dan menyaksikan adanya berbagai bencana, baik yang kita alami sendiri maupun kita baca dan saksikan dari media cetak maupun elektronik; ada bencana kecelakaan, kebakaran, banjir, lumpur Lapindo di Sidoarjo dan lain sebagainya. Bahkan seminggu terakhir ini akibat curah hujan yang cukup tinggi dimana-mana banyak orang yang menderita karena banjir melanda daerah mereka. Akibatnya apa saudara? Perjalanan macet, rumah tergenang air, pekerjaan dan kehidupan menjadi kacau dan terbengkalai. Banyak kerugian yang di derita akibat banjir, data dari harian Kompas selasa 05 Februari 2008 menyatakan bahwa akibat banjir yang melanda Jakarta selama 5 hari mengalami potensi kerugian sekitar Rp. 9,17 miliar. Itu hanya kerugian fisik, belum dilihat kerugian secara phsikis/kejiwaan yang dialami oleh saudara-saudara kita yang menderita akibat banjir.
Mungkin kita sering berpikir bahwa malapetaka, bencana dan penderitaan yang datang menimpa manusia adalah akibat dari dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Malapetaka adalah siksaan dari Tuhan karena dosa-dosa dan salah yang telah kita perbuat. Sering kita mengeluh; ”Ya Tuhan, apa dosa kami, apa salah kami, sehingga bencana yang tragis ini menimpa kami !!”. Demikian pula pikiran orang-orang di zaman Yesus. (Marilah kita baca dari Injil Lukas 13:1-9)
Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang pembawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab mereka: ”Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak ! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasaatas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloa, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem ? Tidak, kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Seorang mempuynyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannnya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu; sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini !! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma ! Jawab orang itu; Tuan, biarkanlah ia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah, jika tidak tebanglah dia.
Perikop Injil tadi menceritakan tentang beberapa orang yang datang kepada Yesus dan memberitahukan tentang orang-orang Galilea yang diantai oleh Pilatus dan tentang kedelapan orang yang telah meninggal karena ditimpa menara siloam. Jelas mereka menceritakan kedua peristiwa itu kepada Yesus dengan nada mencela orang-orang yang telah menjadi korban itu. Mereka berfikir bahwa orang yang mendapat malapetaka itu sudah menerima siksanya karena dosa-dosa mereka. Tetapi rupanya Yesus tidak setuju !!, Yesus berkata bahwa kedua bencana itu bukanlah semata-mata sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka, tetapi tetapi terutama sebagai peringatan kepada siapa saja bahwa hidup itu tidak abadi. Maka manusia harus mempergunakan waktu hidupnya sebaik-baiknya. Karena hidup manusia memang tidak pasti, hidup manusia ini nisbi. Siapa yang dapat memberi kepastian tentang hidup kita?
Peristiwa bencana itu bisa menjadi peringatan bagi kita semua bahwa hidup ini nisbi, tidak kekal. Bahwa semua yang di dunia ini tidak abadi. Bahwa hidup kita bisa tiba-tiba tamat. Bahwa rumah kita, kota kita bisa tiba-tiba menjadi lautan api, dilanda banjir atau diterpa badai...!!! Hidup dan apa saja yang kita miliki sungguh nisbi. Maka sekali lagi, kita hendaknya mempergunakan waktu hidup kita sebaik-baiknya.
Kembali kepada pesan Injil tadi, ternyata bencana yang diderita manusia, seperti yang dialami oleh orang-orang Galilea yang dibantai oleh Pilatus dan kedelapan orang Yahudi yang tertimpa menara Siloam itu, sebenarnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Semua orang toh akhirnya akan mati dengan salah satu cara. Yang luar biasa ialah bahwa kenyataan bahwa kita saat ini masih hidup, walaupun mungkin kita tidak mempergunakan waktu hidup ini dengan baik. Allah masih memberikan peluang, Tuhan masih bisa bersabar dengan kita walaupun kita belum menghasilkan apa-apa seperti pohon ara yang diceritakan dalam Injil tadi. Pohon ara yang tidak berbuah itu mungkin saja kita. Mungkin saja kita tidak pernah dengan sungguh mempergunakan hidup kita dengan baik, sehingga tidak terlalu banyak menghasilkan buah-buah kebaikan. Tetapi mungkin saja Tuhan akan tetap bersabar dengan kita, tahun demi tahun sambil tiap kali memperingatkan kita lewat bencana-bencana yang terjadi di sekitar kita. Bencana tidak selalu ada hubungannya dengan dosa dan siksa dari Tuhan. Yang jelas semua itu merupakan cambuk dan tantangan untuk menguji dan membersihkan hidup kita. Membangkitkan rasa tobat dan berbenah diri. Kita harus menerima tantangan itu dan menghasilkan rahmat. Kita hendaknya senantiasa membuat hidup kita semakin berbuah dan bermakna. Tuhan akan tetap bersabar dan memberi kita peluang. Kesabaran Tuhan adalah suatu keajaiban. Tuan kebun anggur itu akan selalu bersabar. Ada satu kisah menarik begini :
Diceritakan bahwa ada seorang pertapa suci sangat marah kepada seorang pemuda yang selalu membuat gaduh di sekitar tempat pertapaannya. Kepada pemuda itu sang pertapa dengan keras berkata ”saya akan berdoa supaya Tuhan mengutuk engkau !! Semoga kamu disambar geledek!!” Tetapi pemuda yang kurang ajar itu menjawab; ”tidak mungkin, Tuhan itu maha rahim”. Putus asa, pertapa itu pulang ke rumahnya dengan tangan hampa tanpa hasil. Namun sikap pemuda itu semakin kurang ajar. Ia membuat banyak keributan, kejahatan di sekitar itu. Semua orang membencinya. Sang pertapa itu merasa ia harus turun tangan lagi. Ketika ia sedang berjalan untuk menemui pemuda itu, tiba-tiba ia mendengar sura yang berkata kepadanya: ”Awas, jangan sentuh pemuda itu, ia pemuda kesayangan-Ku !!” Sang pertapa itu menjadi bingung. Waktu ia bertemu dengan pemuda itu, ia tidak tahun apa yang harus ia katakan.
Pemuda itu bertanya; ”Mengapa engkau datang lagi?”sang pertapa menjawab; ”saya sebenarnya datang untuk mengusirmu, tetapi di tengah jalan saya mendengar suara Tuhan berkata kepadaku: Jangan mengganggu pemuda kesayanganku itu”.
Mendengar itu, wajah pemuda begajulan itu tiba-tiba berubah dan ia bergumam : ”Benarkah Tuhan menyebuit aku pemuda kesayanganNya?” sang pertapa tidak menjawab, ia pergi meninggalkan pemuda itu.
Beberapa tahun kemudian sang pertapa berjumpa lagi dengan pemuda itu di suatu tempat pertapaan. Pemuda itu sudah menjadi pertapa. Sang pertapa bertanya kepada pemuda itu: ”Apa yang engkau lakukan di sini?”Pemuda yang sudah menjadi pertapa itu menjawab: ”untuk mencari Dia yang mengatakan bahwa aku adalah pemuda kesayanganNya !!!
Kesabaran Allah telah membuat pemuda itu menghasilkan buah kehidupan yang baik. Bagaimana dengan kita???? Tuhan adalah tuan kebun anggur yang penyabar itu, walaupun dari tahun ke tahun mungkin kita tidak selalu menghasilkan buah. Tetapi bisa jadi bahwa Ia akan bersabar sampai tahun depan, seperti kisah Injil tadi. Mungkin tahun depan Ia akan sungguh menebasnya, kalau tidak berbuah !!! siapa yang tahu .........!!!!
Agar kita dapat berbuah, bahkan berbuah secara melimpah dalam kehidupan ini, apa yang harus kita perbuat? Salah satu kunci agar kita terhindar dari bencana dan malapetaka yang saya ceritakan di atas adalah dengan menjaga keseimbangan lingkungan. Aspek ini seringkali dilupakan, padahal sebenarnya aspek ini sangat relevan dengan isu lingkungan hidup yang semakin kritis. Kita harus memiliki komitmen dan kesadaran membangun solidaritas ekologis. Berbagai keprihatinan ekologis sudah terjadi dan itu sangat membahayakan kelestarian alam dan manusia, terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global akibat berbagai jenis emisi gas yang merusak lapisan ozon. Bumi dan manusia dihadapkan petaka akibat perusakan tanah subur, sumber daya alam dirusak dengan dalih pelestarian alam, tetapi justru banyak terjadi pembalakan liar dan pengurasan modal ekologis sehingga mengancam generasi masa depan. Keseimbangan lingkungan menandakan adanya persahabatan antara manusia dengan alam. Setiap saat dan waktu merupakan momen untuk merajut solidaritas antar kita manusia dengan sesama sebagai saudara dan lingkungan/alam sekitar sebagai co-creator Tuhan di dunia ini. Apabila hubungan ini terjalin dengan baik, niscaya akan tercipta keharmonisan kehidupan ini. Dalam teologi Katolik dikenal dengan teologi solidaritas, dimana Putra Allah berkenan menjadi manusia untuk menyapa manusia dan mau menyelamatkannya. Demikian pula dalam penghayatan akan hidup keseharian kita ini harus menjadi suatu kesempatan untuk membangun solidaritas yang baru tersebut dengan perlu ikut menjawab keprihatinan ekologis dengan membangun aksi ekologis. Kedamaian dan keseimbangan hidup itu baru akan terwujud apabila ada keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungan alam sekitarnya. Sebagai manusia beriman kita harus berani selalu membaharui niat untuk meningkatkan martabat manusia dan mengusahakan harmoni kehidupan yang mengarah pada terciptanya kedamaian tersebut. Semoga. Amin. (memet)