Penyegar Rohani MENJADI IBU DAN AYAH YANG MENGASIHI (BELAJAR DARI KISAH PERKAWINAN DI KANA) Yoh 2:1-11
Editor: peter Update: 27-10-2010
Kana adalah sebuah desa di Galilea. Injil Yohanes menyebut Kana sebagai tempat dimana Yesus membuat mukjizat yang pertama setelah Ia dibaptis oleh Yohanes.
Perkawinan adalah peristiwa yang biasa terjadi disetiap daerah dalam masyarakat. Pesta perkawinan tentu melibatkan banyak orang, baik sebagai undangan, panitia, ataupun keluarga. Seperti lazimnya di daerah kita, Maria diundang bukan sebagai tamu melainkan sebagai keluarga yang ikut ”rewang” dalam pesta tersebut. Dengan demkian Maria tahu persis situasi dan kondisi yang terjadi di ” belakang” (dapur). Maria tahu bahwa si tuan pesta sedang kehabisan anggur. Akan sangat memalukan bila keadaan ini dibiarkan.
Kisah perkawinan di Kana menggambarkan kemuliaan Allah melalui mukjizat Yesus mengubah air menjadi anggur. Namun kemuliaan itu tidak terjadi begitu saja tanpa usaha dan peran yang sangat manusiawi dari Maria. Ia adalah ibu yang peka dan peduli terhadap situasi dan kondisi konkret saat itu. ” Mereka kehabisan anggur,” kata Maria kepada Yesus.(Yoh 2:3) Perkataan Maria menunjukkan kepeduliaannya terhadap masalah yang sedang dihadapi orang lain. Hati Maria terdorong oleh belaskasihan untuk menolong tuan pesta walau pun itu bukan tanggung jawabnya.
Rupanya Maria begitu yakin dan percaya bahwa putranya mampu mengatasi masalah tersebut. Keyakinan itu dilandasi oleh relasi yang khusus antara Maria sebagai ibu dan Yesus sebagai anak. Maria sungguh-sungguh mengenal pribadi Yesus demikian Yesus terhadap ibu-Nya. Keyakinan Maria tidak hanya sekedar saling percaya sebagai ibu dan anak, melainkan kepercayaan yang penuh iman bahwa Yesus adalah Putra Allah yang pasti akan menolongnya. Keimanan Maria yang teguh itu mampu meluluhkan hati Putranya walaupun belum saatnya Yesus melakukan mukjizat. ”Mau apakah engkau dari pada-Ku ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yoh 2:4) Jawaban Yesus atas permintaan Maria yang mungkin sedikit mengecewakannya tidak menyurutkan semangat Maria untuk terus percaya dan berharap pada Putranya. Ia mengenal betul hati Putranya. Karena itu ia berkata kepada para pelayan,” Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” (Yoh 2:5)
Permohonan bunda Maria dengan penuh iman dan harapan menyentuh hati seorang Putra yang mencintai ibu-Nya untuk tidak berdaya menolaknya. Yesus tidak mungkin menolak permintaan seorang ibu yang sangat mengasihi-Nya. Hubungan kasih ibu dan anak membuat mereka tak kuasa mengabaikan permintaan satu sama lain. Itulah saat yang tepat Yesus mau mengangkat peran seorang wanita, dengan mengabulkan permintaan ibu-Nya. Yesus mau mambuka mata masyarakat Galilea bahwa wanita juga bernilai di hadapan Allah. Karena itu tidak ada alasan martabat wanita direndahkan. Maria adalah figur ibu yang ideal bagi semua ibu di dunia, yang senantiasa menyerahkan diri dengan penuh iman dan harap kepada Allah.
Keluarga kudus Nazaret ; Yusuf, Maria dan Yesus, menjadi model keluarga kristiani dewasa ini. Ayah dan ibu menjadi figur dan teladan kebaikan bagi anak-anak, demikian pula anak-anak menjadi kebanggaan ayah dan ibu. Hal itu dapat terjadi apabila di dalam keluarga ada relasi yang penuh kasih.
Hidup berkeluarga tidak akan lepas dari konflik dan permasalahan. Konflik adalah hal yang biasa dan lazim terjadi dalam hidup berkeluarga maupun hidup bersama dalam masyarakat. Menjadi malapetaka apabila konflik tidak diselesaikan dengan “kasih” melainkan dengan kemarahan,kebencian, dendam, permusuhan, dll. Kita yang telah dibaptis dan dipersatukan Allah menjadi satu keluarga harus dapat memegang janji perkawinan, terutama dalam mendidik dan membesarkan anak. Tanggung jawab kita terhadap anak-anak tidak hanya menjadikan anak sehat, sukses dan berpendidikan, tetapi lebih dari itu menjadikan anak-anak “baik” dan beriman kepada Allah. Mencintai anak-anak secara utuh artinya mengasihi anak dengan kelebihan dan kekurangannya, keberadaan dan permasalahannya. Ayah dan ibu harus dapat menuntun mereka disaat mereka berjalan, memberi solusi disaat mereka menghadapi masalah, mengampuni dan dan mengasihi mereka disaat mereka jatuh, merangkul mereka disaat mereka sendirian. Itulah peran ayah dan ibu dalam keluarga kristiani. Semoga Tuhan senantiasa tinggal dalam keluarga kita masing-masing. (Petrus Due Moi)