Bimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur

Selamat Natal 2017 dan Selamat Tahun Baru 2018
Pro Patria et Ecclesia
 
 Statistik Kunjungan
 


 Sejak: 18 September 2010

 
Web Links
 


 
Temukan kami di facebook

 
Materi  PENDIDIKAN UNTUK MEMBANGUN MANUSIA YANG BERMARTABAT
Editor: memet Update: 13-10-2010

Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2008 yang lalu secara bijak Gereja Katolik Keuskupan Surabaya mengeluarkan Surat Gembala Uskup Surabaya tentang Tahun Pendidikan di wilayah Keuskupan Surabaya. Surat Gembala ini berangkat dari suatu keprihatinan tentang pentingnya pendidikan bagi keluhuran martabat manusia, utamanya bagi pendidikan kaum muda. Pertanyaannya adalah mengapa sampai keluar Surat Gembala dari seorang Uskup? Telah begitu memprihatinkankah situasi pendidikan di intern Agama Katolik? 

Pendidikan jiwa hidup manusia

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap…, mencerdaskan kehidupan bangsa…, artinya pencerdasan kehidupan bangsa ini merupakan tujuan negara dan menjadi roh, jiwa dan kompas dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu secara hierarkis pendidikan, tujuan pendidikan nasional, institusional dan kurikuler adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana diketahui bersama bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Negara wajib menjamin hak anak-anak untuk memperoleh pendidikan yg memadai, menjaga mutu pendidikan dan menerapkan prinsip subsidiaritas.

Amanat Pembukaan UU 1945 tersebut sangat linear dengan azas dasar pendidikan kristiani sebagaimana yang tertuang dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan (Gravissimum Educationis). Dalam kata pengantarnya dikemukakan bahwa “Pendidikan mempunyai makna yang amat penting bagi kehidupan manusia dan mempunyai pengaruh yang makin besar terhadap kemajuan sosial” Dalam isi dokumen tersebut disebutkan beberapa hal berkaitan dengan pendidikan pada umumnya antara lain; bahwa semua dan setiap manusia mempunyai hak yang tidak tergugat atas pendidikan sesuai dengan tujuan dan bakat serta latar belakang budaya, pendidikan yang benar mengikhtiarkan pembinaan pribadi baik untuk tujuan akhir maupun untuk kepentingan masyarakat dan pendidikan juga harus membantu pengembangan bakat fisik, moral dan intelektual secara harmonis serta pendidikan perlu memperhatikan nilai-nilai moral dan  iman. Oleh karena begitu pentingnya makna pendidikan bagi keluhuran martabat manusia, maka Gereja Katolik merasa terpanggil untuk mengingatkan kembali insan-insan yang selama telah konsen dengan pendidikian, baik itu secara pribadi maupun bagi lembaga pendidikan katolik.

Orang tua pendidik yang pertama dan utama

Secara khusus dalam Surat Gembala Uskup Surabaya tersebut dipertegas akan tanggungjawab orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Bapak Uskup mengingatkan dan menghimbau para orang tua agar memperhatian kualitas pendidikan anaknya dengan sedapat mungkin menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan katolik yang ada. Hal ini untuk menjawab himbauan Konsili Vatikan II bahwa “Orang tua mempunyai kewajiban dan hak utama dalam mendidik anak…”(lih. GE art. 6). Sebenarnya hak mendidik yang melekat pada diri orang tua tersebut tidak pernah tergantikan oleh apapun juga, walaupun dalam usia sekolah proses pendidikan formal anak dilimpahkan kepada lembaga pendidikan dimana mereka belajar. Tetapi pendampingan proses belajar anak tidak dapat begitu saja sepenuhnya diserahkan pada lembaga pendidikan (sekolah) secara total, karena pada hakekatnya sekolah memiliki fungsi subsidier dalam proses pendidikan anak. Selain dari pada itu masyarakat juga ikut bertanggungjawab atas pendidikan demi kesejahteraan umum dengan tetap mengindahkan keinginan para orang tua. Gereja selaku Bunda wajib menyelenggarakan pendidikan, supaya seluruh hidup mereka diresapi oleh semangat Kristus. Diantara segala upaya pendidikan, sekolah mempunyai makna yang istimewa. Sebab berdasarkan misinya sekolah menumbuhkan kemampuan penilaian yg cermat, memperkenalkan warisan budaya, mempersiapkan siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memupuk semangat persahabatan dan mengembangkan sikap saling memahami.

Pendidikan moral dan keagamaan di sekolah.

Untuk mengimplementasikan hakekat martabat manusia melalui pendidikan, maka pendidikan perlu dipahami bahwa hakekat pendidikan adalah membantu menemukan dan mengembangkan secara optimal ‘self hidden potencial execellence’ anak. Karena pendidikan yang efektif bercirikan berpusat pada anak, pendidikan bagi anak, menghormati dan menghargai serta menerima pribadi anak. Oleh karena itu secara luas tujuan pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda untuk dapat berkembang utuh, matang dan dewasa, mampu menghadapi masalah, mengatasi konflik, mandiri dan berguna bagi masyarakat. Untuk itu apabila pendidikan anak akan berhasil harus dikembangkan empat pilar pendidikan yang telah direkomendasikan oleh UNESCO, yakni belajar untuk Tahu ( to Know), belajar untuk Berbuat (to Do), belajar untuk menjadi seorang pribadi (to Be) dan belajar untuk hidup bersama (to live Together).

Dalam hal ini gereja juga berkewajiban untuk mengusahakan pendidikan moral dan keagamaan bagi semua putera-puterinya, termasuk yang berada di sekolah non katolik melalui kesaksian hidup para pendidik, kerasulan sesama siswa dan terutama melalui pelayanan para imam dan awam. Bapak Uskup mendorong insan-insan pendidikan Katolik untuk menyadari keluhuran tugas dan panggilannnya sebagai pendidik dan juga mengucapkan syukur dan terimaksih kepada para imam, religius dan awam yang dengan semangat injili telah membaktikan diri dalam dunia pendidikan. Beliau juga mendorong mereka agar tetap tekun dan setia dalam menjalankan tugas di dunia pendidikan demi pengembangan ilmu dan iman para siswa sehingga mereka menjadi kader yang unggul demi gereja dan bangsa.

Tujuan mulia dunia pendidikan katolik hendaknya jangan terpolarisasi oleh kepentingan “profit oriented” semata, tetapi sungguh memandang lembaga pendidikan sebagai satu pelayanan yang proporsional. Sehingga dengan demikian akan terwujud nyatalah amanat luhur UUD 1945 dan harapan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan yang akan meluhurkan martabat manusia. Semoga…(m’met)

 

  
  
Kabar Daerah
 
Cari Berita

Agenda Kegiatan

-----------------------------

Pertemuan Pembinaan Guru Agama Katolik Sekolah Dasar
28-4-2017

Tulisan Populer

Work Shop Penyusunan Silabus dan RPP Berkarakter PAK SD 
Read: 70.100

Cinta yang Berkobar untuk Misi? (Suatu Refleksi Filosofis berdasarkan Pemikiran John D Caputo tentang Cinta) 
Read: 57.563

MATERI MINGGU GEMBIRA MASA BIASA 
Read: 52.824

ADAKAH KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ? 
Read: 49.371

Makna Ibadah dalam perspektif agama katolik 
Read: 47.190

Arsip



Copyright (C) 2010-2018  
  Email: [email protected]
Jl. Raya Juanda 26 Sidoarjo

Tampilan terbaik gunakan mozilla firefox terbaru