Kompetensi kepemimpinan perlu ditumbuh kembangkan dalam suatu organisasi bagi semua orang yang ada di dalamnya, dengan tanpa memperdulikan bagaimana kualitas kepemimpinan seorang pemimpin yang secara kebetulan saat ini tengah memegang kekuasaan (stage holder), sebab kepemimpinan bisa dikatakan sebagai faktor yang sangat esensial bagi hidup matinya sebuah organisasi.
Kepemimpinan Bukan Monopoli Pimpinan
Sifat dan hakekat kepemimpinan seharusnya memang bukan melulu milik para pimpinan, setiap orang dalam suatu organisasi selayaknya memiliki kompetensi kepemimpinan yang kuat, sebab apa gunanya seorang pemimpin yang hebat apabila ia dikelilingi oleh “followers” (pengikut) yang tidak memiliki inisiatif dan kompetensi sama sekali. Sebagai suatu team work, sebuah organisasi memang harus melatihkan kompetensi kepemimpinan pada setiap anggotanya, dengan harapan apabila suatu saat ada staf ditugasi untuk menggantikan memimpin tidak menjadi masalah yang berarti. Gaya / pola kepemimpinan yang lama, dimana pemimpin berada di puncak piramida dengan hanya memberikan instruksi pada para bawahanya, kiranya sudah tidak bisa diimplementasikan lagi pada saat ini. Dengan demikian diperlukan adanya banyak manusia yang bertindak aktif di seputar organisasi.
Kepemimpinan Dasar ; Nyali, Enerji dan Komunikasi
Yang perlu dilatihkan dalam suatu organisasi adalah aspek kepemimpinan dasar, yaitu yang bernama Nyali, enerji dan komunikasi. Pola kepemimpinan yang perlu disadari dan dikembangkan oleh setiap individu dalam satu team work adalah bahwa setiap saat pasti menghadapi situasi-situasi konflik, negoisasi dan saling mempengaruhi. Dari sinilah ditumbuhkan keberanian untuk berkomunikasi yang efektif dengan cara diskusi/dialog terbuka, asertif dan berterus terang, serta dengan mengembangkan respek satu sama lain. Keberanian individu dibangkitkan untuk sesekali ‘beda’ dari rekan-rekannya atau mengambil keputusan yang tidak populer, tetapi berdasarkan keyakinan dirinya. Nyali seperti inilah yang bisa menjadi dasar kreativitas dan akuntabilitas individu serta dasar untuk mengendalikan situasi. Ada organisasi yang tidak berusaha mengembangkan disiplin manajemen, tidak memiliki visi pengembangkan individu-individu, mengabaikan pengukuran kinerja berdasarkan kompetensi, sehingga yang ada adalah individu yang cuek, malas berkonflik, egois / memikirkan diri sendiri dan hanya melihat keuntungan jangka pendeknya saja. Dengan demikian dipastikan bahwa suatu organisasi yang tidak memiliki visi kepemimpinan dasar hanya dihuni oleh individu yang tidak bernyali, tidak berenerji positif dan tidak mampu ‘mengajak’ rekan-rekannya. Dan yang pasti organisasi seperti ini dikendalikan dan didominasi oleh pemimpin yang kuat, sehingga terjadi praktek ‘one man show’ dimana individu di sekitar orang kuat tersebut hanya mengerjakan tugas-tugas tehnis, tanpa perlu mendayagunakan nyali, energi dan auranya.
Kualitas Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin yang kuat, berpengaruh dan karismatis sering mendapatkan pujian dari bawahannya, seperti : ‘Dia jenius’, ‘Dia memang beda’ ‘Dia orang luar biasa’ atau komentar-komentar lain yang lebih hebat lagi, yang berisi rasa kagum yang tak ada habis-habisnya untuk dilontarkan kepada seorang ‘big bos’. Situasi seperti itu akan mengkondisikan seorang bawahan kerap merasa bahwa kapasitas dan kualitas pemimpinnya terlalu istimewa dan langka.
Dalam suatu organisasi perasaan kagum dan segan ini tidak pernah boleh menjadi penghambat, tetapi justru perlu menjadi sumber ‘bencmarrk’ bawahan untuk mengembangkan kepemimpinan dirinya. Meskipun banyak orang melihat pemimpin sebagai orang yang berkharisma, mengagumkan, dan ‘untouchable’. Namun sesungguhnya pemimpin yang lebih sukses itu adalah yang mudah diakses dan lebih ‘donw to earth’. Kompetensinya dalam membuat terobosan, arah dan strategilah yang membuatnya berbeda dan disegani orang lain.
Profesionalisme seorang pimpinan perlu untuk tetap menumbuhkan kualitas ekstra tersebut di atas apabila suatu saat akan berusaha menggiring kelompok, menentukan arah, mengembangkan profesi, membuat terobosan, mengangkat semangat komitmen dan mengoptimalkan talenta yang ada dalam kelompok suatu organisasi. Pemimpin perlu juga membuat strategi untuk bisa tetap mengakses ‘grassroot’-nya. Kemampuan strategik ini bisa dikembangkan setiap orang asal mau belajar dari lingkungan profesinya. Latihan berstrategi bisa dilakukan individu di setiap level organisasi dengan membiasakan berpikir, membuat usulan dan proposal untuk mendapat kesempatan berkreativitas dan berlatih memecahkan masalah sejak dini, bukan menikmati tugas pelaksanaan saja. l
Nah...bagaimana dengan situasi kepemimpinan di organisasi anda saat ini? jadilah pribadi yang kreatif, jangan hanya menunggu perintah saja dari "big bos". (m'met)