Teman, kita tentu ingat tentang persahabatan antara Daud dan Yonathan ( 1 Samuel 20 ). Persahabatan mereka dapat kita jadikan teladan, karena diantara mereka ada: kesetiaan, pengurbanan, cinta kasih, dll. Bacalah maka kamu semua akan tahu bahwa Daud tetap setia dan menyayangi Yonathan sebagai sahabatnya, meskipun ia tahu bahwa Yonathan adalah anak dari raja Saul, raja yang sangat ingin membunuh Daud. Demikian juga dengan Yonathan, ia tetap menjaga dan melindungi sahabatnya dari ancaman ayahnya.
Teman, tahukah kamu tentang 7 akar dosa? agar mudah untuk diingat, 7 akar dosa itu dapat disingkat dengan “SORARICAKIMAMA” : SOmbong, RAkus, Iri, CAbul, KIkir, MArah, MAlas. Memang dalam hidup bersama orang lain, kita akan dihadapkan kepada 7 hal tersebut. Namun apakah kita akan berperan sebagai pelaku, Tentu tidak bukan? Manusia adalah mahluk sosial (Homo Socious), manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Persahabatan adalah salah satu bentuk atau bukti bahwa kita memerlukan orang lain dalam hidup kita.
Dalam menjalani persahabatan, kamu akan menghadapi berbagai hal, baik yang membahagiakan atau sebaliknya. Teman, kamu pasti ingin menjadi sahabat sejati bagi sahabatmu. Mau tahu caranya? Mari belajar dari sahabat sejati kita “Yesus Kristus”. Dalam kisah malam perjamuan terakhir “Kamis Putih”, Yesus memberikan teladan: Ia tetap mau makan, melayani, membasuh kaki rasul yang Ia tahu akan mengkhianatinya. Yesus tetap setia bersahabat dengan orang yang akan menyakitiNya.
Yesus adalah sahabat sejati bagi kita, ketika kita merasa ditinggalkan oleh sahabat kita. Yesus tetap mau menemani kita dalam suka dan duka, bagaimana dengan kamu? Apakah tetap setia bersahabat dalam keadaan suka dan duka? Ada satu tips bagi kita semua: “jika kamu marah atau benci kepada sahabatmu, maka ingatlah perbuatan baik yang pernah dia lakukan untukmu, maka itu akan menghapus rasa marahmu”.
Teman, mari kita wujudkan iman kita dalam hidup yang hanya sementara ini. Mari kita tulis kesalahan orang lain diatas pasir, agar cepat kita lupakan. Sebaliknya mari kita ukir kebaikan orang lain diatas batu, agar tetap ada dalam ingatan kita. Kita tentu ingat akan 10 perintah Allah yang diberikan kepada kita melalui perantaraan nabi Musa, perintah itu tidak ditulis ditempat yang mudah dihapus, melainkan ditulis diatas batu (2 loh batu). Tujuannya tidak lain adalah agar perintah itu abadi untuk kita ingat dan laksanakan.
Sekali lagi kita dapat belajar dari Yesus, ketika Ia mengampuni kesalahan wanita yang kedapatan berzinah, Yesus menulis diatas tanah dan bukan diatas batu. Kesalahan kita sudah ditanggung dan diampuni oleh Yesus, dengan wafat dan sengsaraNya disalib. Salib adalah tanda kemenangan atas dosa dan maut.
Teman, dari salib, kita dapat belajar banyak hal. Salib terdiri dari bagian vertikal dan horisontal. Bagian vertikal adalah lambang hubungan kita dengan Allah, sedangkan bagian horisontal adalah lambang hubungan kita dengan sesama kita. Mari kita bersama mengasihi sahabat dan sesama kita, karena Yesus sendiri bersabda “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”.
Dalam menjalin sebuah persahabatan yang sejati, diperlukan bumbu – bumbu persahabatan, antara lain: kejujuran, cinta kasih, dll. Pasir dan batu dapat kita gunakan sebagai landasan persahabatan, carilah sahabat sebanyak pasir di pantai dan binalah persahabatan sekokoh batu karang. Tentunya untuk bertindak jujur dan memberikan cinta kasih kepada sesama adalah hal yang tidak mudah. Masih hangat tentang kasus: pembunuhan Nasrudin.Z, yang meluas kepada perseteruan antara KPK dan POLRI, bahkan mencuat kabar tentang makelar kasus, yang mengalahkan nilai kejujuran dan cinta kasih.
Sebagaimana Yesus, kita juga memiliki 2 sisi hidup: sisi kemanusiaan dan sisi keallahan. Sisi kemanusiaan kita adalah: rasa marah, lapar, takut, sakit, dll. Sedangkan sisi keallahan kita adalah: kejujuran, kasih sayang, bertindak benar, cinta kasih, dll. Sisi keallahan inilah yang harus kita kembangkan, sulit...?? memang karena manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa (Concupicencia), namun kita pasti bisa!.
Sebagai penutup, mari kita simak sebuah pesan bijak dalam bahasa Jawa: