Teladan dan telatan, dua kata yang hanya beda satu huruf tapi memiliki hampir 180 derajat perbedaan artinya. Jika mau memperbandingkan kata teladan dengan telatan. Teladan mengambil dari serapan bahasa arab tauladan yang artinya panutan, sesuatu yg patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dsb); contohnya: ketekunannya menjadi…..bagi teman-temannya; ia terpilih sbg karyawan….) Sedangkan Telatan berasal dari kata telat (kata serapan dari Bahasa Jawa) yang berarti terlambat. Dari arti kata saja sudah terlihat begitu jauh perbedaannya, belum lagi kalau dua kata itu disambung dalam satu kalimat akan semakin mencolok perbedaan arti keduanya.
Dalam dunia pekerjaan, dua kata tersebut (yang positif dan negatif) sering menjadi pembicaraan bahkan suatu gunjingan. Seorang karyawan/pegawai teladan menjadi perbincangan sesama teman kerja karena ketekunannya dalam menjalani pekerjaannya, kadang bukan hanya sisi baiknya saja, tapi juga sisi lainnya bagi teman yang tidak suka dengan keteladannya. Dengan predikat teladan pasti akan memperoleh reward (bisa berupa pujian atau hal yang sifatnya fisik kebendaan/hadiah), karena itu menimbulkan rasa iri yang lainnya bukan mencontoh bagaimana bisa menjadi demikian. Sisi lain yang memiliki predikat telatan juga menjadi gunjingan, karena dengan segudang alasan/agumentasi yang berisi kalimat permohonan maaf kepada atasan. Misalnya saja telat karena alasan macet. Telat karena busnya mogok. Telat karena adanya kecelakaan di jalan raya yang dilaluinya. Telat karena ban sepeda motornya terkena paku atau kempes. Telat karena anaknya sakit. Karena banyak alasannya. Telat yang saya maksudkan disini bukan hanya telat dalam arti kehadiran, tetapi juga telat dalam pemikiran, atau dalam bahasa pokem Telmi (telat mikir). Karyawan/pegawai yang demikian pasti menjadi batu sandungan sebuah unit kerja untuk maju dalam kualitas maupun kuantitas.
Bila kita terapkan dalam dunia pendidikan, Thomas Lickona dalam bukunya Educating for Charakter mengatakan bahwa seorang Guru memiliki tiga peran utama yaitu: Guru sebagai pengajar atau ethical mentor; Guru sebagai pendidik atau caregiver; dan Guru sebagai teladan atau model. Untuk pemaknaan dari fungsi guru sebagai teladan dan bukan telatan, tampaknya kita yang berlatar belakang sebagai guru di sekolah memiliki cita rasa yang sama. Terutama kata teladan. Dimana semua hal yang berkait dengan apa yang dilakukan oleh seorang guru, akan menjadi acuan perilaku bagi siswa.