Pada Hari Kamis tanggal 18 Maret 2010 bertempat di aula Paroki Santo Petrus & Paulus Wlingi dilaksanakan Workshop Guru Pendidikan Agama Katolik Tingkat SD, SMP dan SMA/SMK, baik negeri maupun swasta.
1. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan Workshop Guru Pendidikan Agama Katolik Tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta Kabupaten Blitar Tahun 2010, yaitu :
a. Meningkatkan kwalitas iman dan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Katolik.
b. Menumbuh kembangkan semangat iman dan hidup menggereja dan bermasyaralat sebagai Guru Pendidikan Agama Katolik.
c. Saling mengakrapkan antar sesama Guru Pendidikan Agama Katolik.
d. Meningkatkan semangat dalam tugas-tugas pelayanan di Gereja
2. MATERI
KOMPETENSI PENDIDIK/ GURU PAK
Kompetensi Pendidik / Guru sebagai Agen Pembelajaran artinya seorang pendidik mempunyai peran antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan memberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Kompetensi Pendidik / Guru sebagai agen pembelajaran meliputi :
1. Kompetensi pedagogik : merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : pemahaman wasawan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan tehnologi, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
2. Kopmpetensi kepribadian : sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, beraklak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi diri sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi profesional : merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
4. Kompetensi sosial : merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan untuk : berkomunikasi lisan, tulisan dan atau isyarat, menggunakan tehnologi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali murid, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
5. Dengan dasar itulah profesi sebagai Guru Pendidikan Agama katolik harus di sadari bahwa Guru bukanlah semata-mata untuk mencari nafkah atau pekerjaan tetapi Guru seharusnya merupakan panggilan hidup.
Dalam panggilan senantiasa melekat dua unsur yakni :
1. Pekerjaan itu membantu mengembangkan orang lain (unsur sosial),
2. Pekerjaan itu juga mengembangkan dan memenuhi diri kita sebagai pribadi.
Dengan demikian panggilan menjadi guru juga dihayati sebagai panggilan rohani, yaitu ikut terlibat dalam karya Tuhan menyelamatkan dunia lewat dunia pendidikan. Oleh karena menjadi guru dihayati sebagai panggilan hidup yang diberikan oleh Tuhan sendiri, maka mereka lebih semangat mengemban tugas panggilan tersebut. Itulah sebabnya banyak guru yang dilandasi dengan iman yang kuat dapat jauh lebih bersemangat dan sungguh-sungguh berdedikasi dengan tugas-tugasnya.
Tugas panggilan itu menjadi sangat kuat lagi pada guru-guru agama. Mereka lebih merasakan bahwa tugas yang mereka emban untuk membantu anak-anak muda menjadi lebih beriman, beragama atau bertakwa adalah tugas yang mulia dan langsung berkaitan dengan Tuhan. Mereka dapat lebih merasakan sebagai perpanjangan tangan Tuhan sendiri yang ingin membahagiakan manusia dan mengarahkan anak muda ke arah kebenaran dan Tuhan
HABITUS BARU
DALAM PENGAJARAN AGAMA KATOLIK
PENGANTAR
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) pada Mei 2009 melihat keterpurukan manusia yang mulai menjauh dari Allah, yangmana itu berarti kemajuan zaman dan pengaruhnya secara pelan-pelan tetapi pasti menjauhkan manusia dari Allah, mengarahkan manusia pada jalan pencarian yang keliru. Oleh karena itulah, Gereja menyerukan suatu Gerakan Bersama dalam Gereja Katolik yakni HABITUS BARU: membangun, menghayati dan mewartakan gaya hidup baru yang sesuai dengan hakekat manusia sesuai dengan citranya yang telah dimiliki sejak awal, yang sudah dimeteraikan dalam dirinya. Gerakan ini sebenarnya bukan hal baru, sebenarnya adalah suatu seruan agar manusia kembali pada citranya.
1. Kesadaran Diri
a. Kesadaran diri sebagai Makhluk Secitra dengan Allah
Kesadaran ini yang dimaksudkan di sini adalah menyadari diri sebagai ciptaan Tuhan yang diciptakan secitra dengan Tuhan, yang dikasihi Tuhan dan sebagai ciptaan berharga. Dalam dunia pendampingan anak didik, hal ini sering disebut dengan pengenalan diri, dan sering disebut dengan materi ‘Who am i’.
- Habitus lama
- Habitus Baru
b. Kesadaran diri sebagai Makhluk ber-Tuhan
Kesadaran ini juga dapat kita sebut sebagai kesadaran diri sebagai orang yang beriman, orang yang membutuhkan Allah dalam hidup.
- Habitus lama
- Habitus Baru
c. Kesadaran Diri akan Pekerjaan
- Habitus lama
- Habitus Baru
d. Kesadaran diri akan Anak Didik
- Habitus Lama
- Habitus Baru
2. Membuka Diri
Umumnya orang sulit untuk membuka diri, karena sudah merasa nyaman dengan dirinya apa adanya, orang tidak ingin mengetahui dirinya yang sebenarnya, orang tidak mau orang lain mengetahui dirinya siapa adanya, orang sulit untuk berubah meskipun hal itu untuk kebaikan dirinya dan orang lain. Membuka diri yang saya maksudkan adalah keberanian untuk kembali melihat diri sendiri, kembali kepada diri sendiri dan hakekat awalinya. Dengan kata lain, yang dimaksud adalah merenungkah hidup setiap saat dan kemauan untuk belajar dan berubah. Tanpa semuanya itu, sia-sialah kitanya berbicara tentang habitus baru, tentang metode-metode pangajaran dan semua yang kita pelajari untuk pengajaran. Membuka diri menuntut suatu sikap kerendahan hati. Beberapa habitus lama yang kita lihat di atas, itulah tantangan dan sekaligus peluang bagi guru Agama untuk Habitus Baru dalam Pembelajaran Agama Katolik. Sebagai orang yang menghayati Habitus Baru, kita hendaknya yang pertama memulainya. Gerakan Habitus Baru bermula dari diri sendiri tuk menuju habitus baru dalam hidup bersama.
PENUTUP
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 menghimbau kepada semua umat katolik Indonesia agar hidup dalam Gerakan Habitus Baru. Seruan ini mengajak kita untuk memperbaharui hidup dan kembali kepada hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan. Seruan itu tentu dengan tujuan untuk menuju hidup bersama yang lebih baik lewat suatu gerakan bersama. Seruan itu ditujukan untuk semua umat dengan segala aspek kehidup, karya dan status. Mari kita juga Guru-Guru Agama Katolik mengajar pelajaran Agama Katolik dengan hidup Habitus Baru.
|